contoh laporan praktikum biologi umum keanekaragaman hayati

LAPORAN PRAKTIKUM
BIOLOGI UMUM

KEANEKARAGAMAN HAYATI





NAMA
NIM
KELOMPOK
















JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2016








I.     PENDAHULUAN
1.1.  Latar Belakang
 Indonesia terletak pada garis 6°LU - 11°LS dan 95°BT - 141°BT. Dengan demikian, Indonesia terletak di daerah beriklim tropis dan dilewati oleh garis khatulistiwa. Letak ini menyebabkan Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Indonesia pun memiliki berbagai jenis ekosistem, seperti ekosistem perairan, ekosistem air tawar, rawa gambut, hutan bakau, terumbu karang, dan ekosistem pantai. Beragam tumbuhan, hewan, jamur, bakteri, dan jasad renik lain banyak terdapat di Indonesia. Sekitar 40.000 jenis tumbuhan, 350.000 jenis hewan, 5.000 jenis jamur, dan 1.500 jenis Monera berada di Indonesia. Bahkan banyak jenis makhluk hidup yang merupakan makhluk hidup endemik atau hanya ditemukan di suatu daerah saja.  Indonesia memiliki ekosistem yang memiliki tumbuhan yang beranekaragam jenisnya, seperti ekosistem hutan bakau, hutan hujan tropis, padang rumput, dan ekosistem pantai. Bahkan ada yang memperkirakan bahwa di hutan dengan luas sekitar 2 hektar terdapat sekitar 250 jenis tumbuhan.  Banyak sekali tumbuhan khas yang dimiliki Indonesia, seperti salak (Salacca zalacca), durian (Durio zibethinus), kedongdong (Canarium ovatum), sukun (Artocarpus altilis), dan mengkudu (Morinda citrifolia). Selain itu, terdapat juga tumbuhan endemik Indonesia yang cukup terkenal, yaitu bunga bangkai (Raflesia arnoldii) dan matoa (Pometia pinnata).
Hubungan antara keanekaragaman hayati dengan evolusi di bumi. Keanekaragaman spesies yang ada pada saat ini  merupakan adanya evolusi dari suatu spesies yang ada di masa lampau. Evolusi lebih tepat terjadi akibat dari adanya perubahan-perubahan secara genetik. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan yang mengalami pengaruh tekanan yang tinggi terhadap organisme tertentu. Dari populasi dengan lingkungan yang telah berubah tersebut, yang tertinggal hanyalah yang dapat bertahan terhadap tekanan pada  lingkungan, sehingga organisme yang tidak dapat bertahan tersebut akan punah seiring dengan berjalannya waktu. Secara genetik populasi yang dapat bertahan tersebut akan menurunkan keturunan dengan gen-gen terbaik mereka. 
Pemanfaatan keanekaragaman hayati telah dilakukan oleh masyarakat selama berabad-abad berdasarkan berbagai sistem pengetahuan yang berkembang. Misalnya masyarakat Indonesia telah menggunakan lebih dari 6.000 spesies tanaman berbunga (liar maupun yang dibudidayakan) untuk memenuhi kebutuhan akan sandang, pangan, papan, dan obat-obatan. Mereka mengetahuai pola tanam tumpang sari untuk mengendalikan hama. Pengetahuan tradisional tentang keanekaragaman hayati tercermin dari pola pemanfaatan sumber daya hayati, pola pertanian tradisional, serta pelestarian alam yang masih hidup pada banyak kelompok masyarakat di Indonesia Berdasarkan tingkatan prioritasnya, kebutuhan manusia terhadap keanekaragaman hayati dibedakan menjadi dua, yaitu kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder. Kebutuhan primer adalah kebutuhan yang sifatnya mutlak untuk dipenuhi, meliputi sumber bahan pangan, rumah (tempat tinggal), pakaian, dan oksigen. Sedangkan kebutuhan sekunder merupakan kebutuhan yang sifatnya tambahan. Kebutuhan primer yang utama adalah makanan. Kebutuhan manusia terhadap makanan bergantung dari tumbuhan dan hewan yang ada di lingkungan sekitar. Sumber bahan pangan tersebut berasal dari tanaman serealia (biji-bijian seperti padi, jagung, gandum), daging, telur, dan susu yang diambil dari peternakan.  Selain pangan, manusia membutuhkan rumah sebagai tempat berlindung dari panas dan hujan . Rumah tersebut dibuat dari kayu yang diambil dari tumbuhan besar, misalnya pohon jati dan meranti. Manusia juga membutuhkan pakaian yang digunakan untuk melindungi tubuhnya dari pengaruh cuaca buruk. Bahan pakaian bisa berasal dari tumbuhan seperti kapas dan serat rosela. Selain itu, pakaian juga dihasilkan dari ulat sutera. Oksigen juga merupakan kebutuhan pokok, karena salah satu ciri makhluk hidup adalah bernapas. Pada waktu bernapas, manusia membutuhkan oksigen dan mengeluarkan karbondioksida. Oksigen yang dibutuhkan manusia bersal dari hasil fotosintesis yang dilakukan tumbuhan. Karena sebagian besar tumbuhan hidup di hutan, maka keberadaan hutan yang lestari akan menjamin ketersediaan oksigen bagi manusia dan makhluk lain. Setelah kebutuhan primernya terpenuhi, manusia memiliki tambahan berbagai kebutuhan, yang disebut kebutuhan sekunder. Kebutuhan sekunder antara lain berupa sarana rekreasi (taman wisata dan hutan wisata), sarana konservasi/pelestarian (taman nasional, hutan lindung, dan cagar alam), sarana pendidikan (taman nasional, cagar alam, hutan lindung, kebun raya, dan kebun binatang).Pemanfaatan keanekaragaman hayati telah dilakukan oleh masyarakat selama berabad-abad berdasarkan berbagai sistem pengetahuan yang berkembang. Misalnya masyarakat Indonesia telah menggunakan lebih dari 6.000 spesies tanaman berbunga (liar maupun yang dibudidayakan) untuk memenuhi kebutuhan akan sandang, pangan, papan, dan obat-obatan. Mereka mengetahuai pola tanam tumpang sari untuk mengendalikan hama. Pengetahuan tradisional tentang keanekaragaman hayati tercermin dari pola pemanfaatan sumber daya hayati, pola pertanian tradisional, serta pelestarian alam yang masih hidup pada banyak kelompok masyarakat di Indonesia Berdasarkan tingkatan prioritasnya, kebutuhan manusia terhadap keanekaragaman hayati dibedakan menjadi dua, yaitu kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder. Kebutuhan primer adalah kebutuhan yang sifatnya mutlak untuk dipenuhi, meliputi sumber bahan pangan, rumah (tempat tinggal), pakaian, dan oksigen. Sedangkan kebutuhan sekunder merupakan kebutuhan yang sifatnya tambahan. Kebutuhan primer yang utama adalah makanan. Kebutuhan manusia terhadap makanan bergantung dari tumbuhan dan hewan yang ada di lingkungan sekitar. Sumber bahan pangan tersebut berasal dari tanaman serealia (biji-bijian seperti padi, jagung, gandum), daging, telur, dan susu yang diambil dari peternakan.  Selain pangan, manusia membutuhkan rumah sebagai tempat berlindung dari panas dan hujan . Rumah tersebut dibuat dari kayu yang diambil dari tumbuhan besar, misalnya pohon jati dan meranti. Manusia juga membutuhkan pakaian yang digunakan untuk melindungi tubuhnya dari pengaruh cuaca buruk. Bahan pakaian bisa berasal dari tumbuhan seperti kapas dan serat rosela. Selain itu, pakaian juga dihasilkan dari ulat sutera. Oksigen juga merupakan kebutuhan pokok, karena salah satu ciri makhluk hidup adalah bernapas. Pada waktu bernapas, manusia membutuhkan oksigen dan mengeluarkan karbondioksida. Oksigen yang dibutuhkan manusia bersal dari hasil fotosintesis yang dilakukan tumbuhan. Karena sebagian besar tumbuhan hidup di hutan, maka keberadaan hutan yang lestari akan menjamin ketersediaan oksigen bagi manusia dan makhluk lain. Setelah kebutuhan primernya terpenuhi, manusia memiliki tambahan berbagai kebutuhan, yang disebut kebutuhan sekunder. Kebutuhan sekunder antara lain berupa sarana rekreasi (taman wisata dan hutan wisata), sarana konservasi/pelestarian (taman nasional, hutan lindung, dan cagar alam), sarana pendidikan (taman nasional, cagar alam, hutan lindung, kebun raya, dan kebun binatang).

1.1.  Tujuan Praktikum
 Tujuan praktikum Biologi Umum dengan Materi Keanekaragaman Hayati adalah sebagai berikut:
1.      Mengetahui susunan dan dominansi suatu vegetasi dari areal atau ekosistem.
2.  Mengetahui suksesi vegetasi, yang dilakukan dari waktu ke waktu, karena susunan vegetasi mengalami perubahan sesuai dengan perubahan lingkungan.
3.      Mengetahui keanekaragaman komunitas vegetasi pada suatu areal atau ekosistem tertentu.


II.        TINJAUAN PUSTAKA
2.1.  Pengertian Keanekaragaman hayati
 Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman pada makhluk hidup yang menunjukkan adanya variasi bentuk, penampilan, ukuran, serta ciri-ciri lainnya. Keanekaragaman hayati disebut juga biodiversitas (biodiversity), meliputi keseluruhan berbagai variasi yang terdapat pada tingkat gen, jenis, dan ekosistem di suatu daerah. Keanekaragaman ini terjadi karena adanya pengaruh faktor genetik dan faktor lingkungan yang memengaruhi fenotip (ekspresi gen) (Faidah, 2009). Keanekaragaman hayati atau disebut dengan biodiversitas merupakan keseluruhan variasi organisme  yang memiliki perbedaan bentuk, penampilan, jumlah, maupun sifat yang dapat ditemukan pada tingkat gen, tingkat spesies, dan tingkat ekosistem. Setiap makhluk hidup memiliki ciri dan tempat hidup yang berbeda. Melalui pengamatan dapat dibedakan jenis-jenis makhluk hidup berdasarkan bentuk morfologi, ukuran morfologi, habitat, tingkah laku, cara berkembang biak, dan jenis makanan. Pada umumnya poladistribusi penyebaran tumbuhan dan hewan dikendalikan oleh factor abiotik. Perubahan pada factor abiotik dapat menyebabkan organisme berkembang dan melakukan spesialisasi.

2.2.  Tingkat Keanekaragaman Hayati
 Pada umumnya keanekaragaman hayati dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu 1). Keanekaragaman Tingkat Ekosistem, Ekosistem berarti suatu kesatuan yang dibentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup (komponen biotik) dan lingkungannya (komponen abiotik). Setiap ekosistem memiliki ciri-ciri lingkungan fisik, lingkungan kimia, tipe vegetasi, dan tipe hewan yang spesifik. Kondisi lingkungan makhluk hidup ini sangat beragam. Kondisi lingkungan yang beragam tersebut menyebabkan jenis makhluk hidup yang menempatinya beragam pula. Keanekaragaman seperti ini disebut sebagai keanekaragaman tingkat ekosistem. Faktor abiotik yang memengaruhi faktor biotik di antaranya adalah iklim, tanah, air, udara, suhu, angin, kelembapan, cahaya, mineral, dan tingkat keasaman. Variasi faktor abiotik menimbulkan kondisi berbeda pada setiap ekosistem. Untuk mengetahui adanya keanekaragaman hayati pada tingkat ekosistem, dapat dilihat dari satuan atau tingkatan organisasi kehidupan di tempat tersebut.  Secara garis besar, terdapat dua ekosistem utama, yaitu ekosistem daratan (eksosistem terestrial) dan ekosistem perairan (ekosistem aquatik). Ekosistem darat terbagi atas beberapa bioma, di antaranya bioma gurun, bioma padang rumput (savana), bioma hutan gugur, dan bioma hutan hujan tropis, bioma taiga, dan bioma tundra. Bioma diartikan sebagai kesatuan antara iklim dominan dan vegetasi serta hewan yang hidup di dalam iklim dominan tersebut. Adapun ekosistem perairan dapat dibagi menjadi ekosistem perairan tawar, ekosistem laut, ekosistem pantai, ekosistem hutan bakau, dan ekosistem terumbu karang; 2). Keanekaragaman Tingkat Spesies, Suatu individu dikatakan satu spesies dengan individu lainnya jika dalam kondisi alami keduanya mampu melakukan perkawinan. Selain itu, dari perkawinannya tersebut dapat dihasilkan keturunan yang fertil (subur). Keanekaragaman tingkat spesies merupakan tingkatan keanekaragaman yang mudah dilihat. Keanekaragaman tingkat spesies ditunjukkan dengan adanya jenis-jenis tumbuhan, hewan, serta mikroorganisme yang berbeda - beda. Saat ini di dunia terdapat lebih dari 325.000 spesies tumbuhan, 1.600.000 spesies hewan, dan 160.000 spesies mikroorganisme. Jumlah tersebut setiap tahunnya dapat terus berubah dengan terus dilakukannya penelitian-penelitian terhadap makhluk hidup dan penemuan spesies-spesies baru. Setiap spesies makhluk hidup tersebut memiliki ciri-ciri khusus yang membedakannya dengan spesies lainnya; 3). Keanekaragaman Tingkat Genetik, Gen adalah materi hereditas di dalam kromosom yang mengendalikan sifat makhluk hidup. Gen terdapat di setiap inti sel makhluk hidup. Gen pada makhluk hidup memiliki perangkat dasar yang sama, tetapi memiliki susunan yang berbeda. Hal ini menyebabkan setiap makhluk hidup memiliki fenotipe maupun genotipe yang berbeda. Sifat fenotipe makhluk hidup merupakan sifat hasil ekspresi gen yang terlihat. Misalnya, pada tumbuhan warna daun hijau tua, bentuk daun lebar, jenis batang melebar. Adapun sifat genotipe adalah tipe susunan gen yang dimiliki makhluk hidup tersebut. Keanekaragaman tingkat gen menimbulkan variasi antar individu dalam satu spesies. Contoh keanekaragaman tingkat gen yang mudah diamati adalah adanya buah manis dan buah asam pada satu pohon mangga yang sama; dan perbedaan warna kuning, merah, atau putih pada biji jagung. variasi gen dipengaruhi juga oleh lingkungan. Oleh karena itu, selain dipengaruhi gen, ciri fenotipe yang tampak dari suatu spesies juga dipengaruhi lingkungan. Oleh karena itu, dua individu dalam suatu spesies dengan susunan gen yang sama, belum tentu memiliki ciri yang sama pula.
2.3.  Faktor Timbulnya Keanekaragaman Hayati
 Ada dua faktor penyebab terjadinya keanekaragaman, yaitu faktor keturunan atau faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor keturunan disebabkan oleh adanya gen yang akan memberikan sifat dasar atau sifat bawaan. Sifat bawaan ini diwariskan secara turun-temurun dari induk kepada keturunannya. Namun, sifat bawaan terkadang tidak muncul (tidak tampak) karena faktor lingkungan. Faktor bawaan sama, tetapi lingkungannya berbeda, akan mengakibatkan sifat yang tampak menjadi berbeda. Jadi, terdapat interaksi antara faktor genetik dan faktor lingkungan. Karena adanya kedua faktor tersebut, muncullah keanekaragaman hayati. Sebagai contoh, kita tanam bunga bougenvill secara setek ke dalam dua pot yang diberi media tanam berbeda. Karena dari tanaman setek, secara genetik tanaman tersebut sama, dalam arti gen yang dikandung di dalamnya sama. Tanaman yang diberi media tanam humus (bersifat asam) akan menghasilkan bunga berwarna oranye, sedangkan yang ditanam di pot yang diberi media tanam kapur (bersifat basa) akan menghasilkan bunga berwarna ungu. Jadi, perbedaan keasaman tanah dapat mengakibatkan keanekaragaman bunga bougenvill.




III.            BAHAN DAN METODE
3.1.  Waktu dan Tempat
       Pratikum Biologi Umum dengan materi keanekaragaman hayati dilaksanakan pada hari sabtu, 26 November 2016 pada pukul 07.00 – 08.00 WIB. Bertempat di halaman Fakultas Kedokteran Universitas Palangka Raya
 3.2. Bahan dan Alat
       Bahan yang digunakan yaitu vegetasi padang rumput. Dan alat yang digunakan adalah tali rapia, meteran, parang, patok, ph meter, alat tulis, kamera dan pengukur kelembaban udara.
3.3. Cara Kerja
       Berikut cara kerja praktikum keanekaragaman hayati antara lain yaitu :
1.      Menentukan lokasi vegetasi yang ingin diamati
2.      Membuat petak pada lokasi yang telah ditentukan berbentuk segi empat menggunakan tali rapia dengan ukuran 3 x 3 m pada lokasi yang akan diamati.
3.      Membagi petak tersebut menjadi sembilan bagian yang kecil-kecil dengan ukuran 1 x 1 m.
4.      Memberi nomor dari satu hingga sembilan pada setiap petak.
5.      Mendokumentasikan petak dengan menggunakan kamera handphone.
6.      Mengamati ragam jenis tumbuhan pada setiap petak.
7.      Mendokumentasikan tumbuhan yang hidup disetiap petak.
8.     Mencatat hasil pengamatan pada lembar kerja. 



4.2. Pembahasan
1.1.14.2.1.  Alang-alang


Akar tumbuhan alang-alang memiliki tunas yang merayap didalam tanah sistem perakarannya serabut dan banyak memiliki rambut akar yang lebat dan ujungnya meruncing. Batangnya biasanya memiliki tinggi sekitar 1,2-1,5 m. permukaan batang alang-alang ini beruas-ruas. Daun alang-alang berbentuk garis lenset dengan pangkal menjepit dan berbentuk talang, panjangnya sekitar 15-80 cm. bunganya memiliki benang sari yang kerap kali dengan kepala sari putih atau ungu. Alang-alang dapat berkembang biak dengan cepat, dengan benih-benihnya yang tersebar cepat bersama angin, atau melalui rimpangnya yang lekas menembus tanah yang gembur. Alang-alang tidak suka tumbuh ditanah yang gersan atau berbatu. Rumput ini senang dengan tanah-tanah yang cukup subur, banyak disinari matahari sampai agak teduh, dengan kondisi lembab atau kering. Pada petak pengamatan tumbuhan alang tumbuh banyak, hal ini karena kondisi tanah yang subur dan dan tidak terdapat banyak batu.

1.1.14.2.2.      Karamunting


          Tumbuhan karamunting berakar tunggang, berbentuk kerucut panjang, tumbuh lurus kebawah, bercabang banyak. Batangnya berbentuk bulat dengan tinggi rata-rata 0,5 – 1,5 m. daunnya tunggal bangun elips memanjang sampai lonjong, duduk daun berhadapan berhadapan bersilang, permukaan dau berambut bila diraba terasa kasar, pangkal daun membulat, tepi daun rata, ujung daun meruncing. Bunga termasuk bunga majemuk berwarna ungu kemerah-merahan, buahnya dapat dimakan mempunyai biji berukuran kecil. tumbuhan karamunting tumbuh liar pada tempat yang mendapat sinar matahari yang cukup, seperti di lereng gunung, semak belukar, lapangan yang tidak terlalu gersang. Tumbuhan ini biasanya ditemukan sampai pada ketinggian 1.650 meter di atas permukaan laut. Pada petak pengamatan tumbuhan karamunting tumbuh banyak, hal ini dikarenakan tanahnya yang subur, sedikit batu tidak kering dan banyak mendapat sinar matahari yang sangat sesuai dengan tumbuhan karamunting.

1.1.14.2.3.  Rumput jarum


      Tumbuhan rumput jarum berakar serabut, batangnya berdiri tegak mencapai tinggi sekitar 0,1 sampai 0,2 m. daun tumbuhan ini berbentuk seperti pita bergaris, bagian ujung daun rumput jarum ini meruncing dan mempunyai ukuran daun sekitar 2 sampai 20 cm dengan lebar 4 sampai 9 mm.  daun rumput jarum rapat rapat di sepanjang rimpang sehingga membentuk hamparan yang menutupi permukaan tanah. Rumpu jarum mempunyai bunga majemuk yang muncul di bagian ujung batang yang tegak, bukan merayap. Bunga rumput jarum ini seperti bunga padi-padian yang tersusun dalam tandan atau malai yang cabangnya banyak. Perbungaan rumput jarum berukuran sekitar 5 sampai 12 cm dan mempunyai tangkai bunga yang berbulu dan berwarna keunguan dan berbentuk karangan serta anak bulir bunga berbentuk lenset dengan bagian ujung meruncing. Rumput jarum ini sering ditemui di kawasan yang rumputnya tidak tebal dan tanahnya tidak mengandung humus yang banyak serta struktur tanah sedikit keras. Pada petak pengamatan rumput jarum tumbuh banyak, hal ini karena kondisi tanah yang cocok dengan tumbuhan rumput jarum dan juga lingkungan sekitarnya yang belum tumbuh tidak terlalu banyak sehingga jarak antar tumbuhan tidak terlalu rapat.

1.1.14.2.4.  Rumput bulu Babi


      Tumbuhan rumput bulu babi berakar serabut, daunnya berwarna hijau dengan bentuk memanjang seperti duri. Tinggi tanaman ini rata-rata 5 cm, dan hidup bergerombol. Tumbuhan rumput bulu babi mempunyai kelebihan yaitu, tahan panas, tidak gampang kalah dengan rumput liar, cocok untuk area pingir pantai, perkotaan dan pabrik. Selain itu rumput bulu babi tidak gampang mati jika terserang hama dan rumput liar. Tumbuhan rumput bulu babi sangat banyak pada petak pengamatan, hal ini karena sifatnya yang tahan dan tidak gampang kalah dengan rumput liar lainnya. Selain itu tanah pada petak juga cukup subur dan banyak terkena sinar matahari.

1.1.14.2.5.  Rumput paku kawat

Tumbuhan paku kawat memiliki sistem perakaran serabut dengan kaliptra pada ujungnya. Jaringan akarnya terdiri dari epidermis, korteks, dan silinder pusat. batangnya memiliki bentuk seperti kawat, pada bagian ujung batang yang bercabang-cabang dan terdapat sporofil dengan struktur berbentuk gada ( strobilus ) yang mengandung sporangium. Daun tumbuhan ini berbentuk seperti rambut atau sisik yang tersusun rapat pada batangnya. Jika ditinjau dari ukuran daun, maka daun tumbuhan paku ada yang berukuran kecil (mikrofil) dan berukuran besar ( makrofil ). Daun mikrofil tidak bertangkai dan tidak bertulang, serta membentuk rambut atau sisik. Sedangkan daun makrofil bertangkai, dan memiliki tulang daun. Umumnya habitat tumbuhan paku pada tempat yang lembab, bisa di darat, perairan ataupun menempel. Pada petak pengamatan paku kawat tidak terlalu banyak seperti alang-alang, hal ini karena tumbuhan ini menyukai tempat yang lembab.
1.1.14.2.6.  Rumput Teki

       Tumbuhan rumput teki adalah rumput liar yang tumbuh di tempat terbuka, sering dianggap sebagai gulma, dan sering tumbuh di pinggir jalan, tegalan, lapangan rumput atau lahan pertanian. rumput ini bisa tumbuh dihampir berbagai jenis kondisi tanah dengan ketinggian 1 – 1000 meter diatas permukaan laut yang tumbuh diberbagai jenis tanah Rumput ini memilii sistem perakaran serabut, batangnya berbentuk seperti segitiga dengan ketinggian kira-kira 10 – 75 cm. daun rumput teki terletak pada pangkal batang membentuk roset akar dengan pelepah daun tertutup tanah. Daunnya berjumlah sekitar 4 -10 helaian, berbentuk seperti bangun pita dengan pertulangan daun sejajar dan bagian tepi daun rata. Permukaan atas daun rumput teki berwarna hijau mengkilap dengan panjang 10 – 60 cm dan lebar 2 – 6 cm. perbungaan rumput teki adalah bunga majemuk yang berbentuk bulir. Bunganya berjumlah 8 sampai 25 bunga yang terkumpul dan berbentuk paying dan mempunyai warna kuning atau cokelat kekuningan. Pada petak pengamatan tumbuhan rumput teki tumbuh relative banyak, hal ini dikarenakan tanah pada petak yang lumayan subur, suhu yang sesuai bagi tumbuhan dan banyak mendapat sinar matahari.



V.        PENUTUP
5.1.  Kesimpulan
  Komponen – komponen tumbuhan penyusun vegetasi pada suatu areal atau ekosistem pada umumnya terdiri dari semak belukar, tumbuhan epifit, paku-pakuan, tumbuhan palma, tumbuhan pemanjat, tumbuhan terna dan pohon.
Susunan suatu vegetasi pada sebua areal sangat di pengaruhi dengan lingkungan, misalnya jika suatu kebun tidak dpelihara, atau lapangan rumput yang tidak pernah dipotong secara teratur maka vegetasinya akan mengalami perubahan dan tidak tetap seperti terus menerus. Berbagai tumbuhan liar akan tumbuh dan mengubah sama sekali vegetasi asalnya. Demikian juga suatu lahan pertanian yang tidak digarap, maka herba, perdu, dan pohon liar akan tumbuh menguasai daerah atau lahan pertanian tersebut, dan apabila kondisi tanahya memungkinkan vegetasinya akan berkembang membentuk komonitas hutan.
Pada suatu areal atau ekosistem terdapat beragam vegetasi yang menempati areal tersebut, pada ekosistem darat misalnya terdapat berbagai macam vegetasi seperti vegetasi pamah, vegetasi rawa,vegetasi hutan mangrove, vegetasi pegunungan, vegetasi padang rumput, vegetasi terbuka lereng berbatu, vegetasi rawa gambut, vegetasi danau, vegetasi alpin, dan vegetasi munson.

5.2.  Saran
       Setelah mengikuti kegiatan praktikum mengenai keanekaragaman hayati ini saya berharap praktikan dapat mengetahui tentang keanekaragaman hayati di Indonesia dan pemanfaatannya, dan untuk praktikum selanjutnya diharapkan praktikan dapat mempersiapkan diri agar pada saat pelaksanaan praktikum selanjutnya bisa lebih baik lagi













Comments

Popular posts from this blog

contoh laporan praktikum biologi umum pengamatan sel

Laporan Praktikum Biologi Umum Pengenalan Mikroskop

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR PEMBUATAN LARUTAN SEDERHANA