Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan : Perkecambahan Dan Dormansi
LAPORAN PRAKTIKUM
FISIOLOGI TUMBUHAN
PERKECAMBAHAN DAN DORMANSI
NAMA
NIM
KELOMPOK
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2017
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN
PERKECAMBAHAN DAN DORMANSI
Telah diperiksa dan disetujui oleh Asisten Praktikan pada
Hari :……………….......
Tanggal :……………….......
ASISTEM PRAKTIKUM
NAMA
NIM
II. TINJAUAN PUSTAKA
I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Ketersedian air
disekitar biji dapat mempengaruhi proses perkecambahan pada biji tersebut, Ketersediaan air di lingkungan sekitar biji merupakan faktor penting.
Kurang tersedianya air pada lingkungan biji akan menyebabkan
jumlah air yang diambil untuk berkecambah
menjadi semakin rendah atau bahkan
tidak mencukupi. Ada batas minimum
serapan air yang hartus dilampaui agar
perkecambahan dapat berlangsung. Bila ketersidaan air dilingkungan sekitar biji tidak mencukupi kebutuhan
biji, maka biji tesebut tidak dapat mengalami proses perkecambahan. Namun bila
ketersedian air di lungkungan sekitar biji berlebihan, beberapa jenis biji akan
mengalami pembusukan sehingga tidak dapat terjadi perkecambahan ( Maria. 2010
).
Proses perkecambahan
pada biji dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik itu faktor internal maupun
eksternal. Salah satu faktor yang mempengaruhi proses perkecambahan adalah
ketebalan kuli biji pada biji tersebut, dimana pada biji berkulit tipis umumya
proses fotosontesis berlangsung lebih cepat dibandingkan dengan biji berkulit
tebal, hal ini dipengaruhi oleh sulitnya air masuk kedalam biji berkulit tebal
dibandingkan dengan biji berkulit tipis.
1.2. Tujuan Pratikum
Tujuan pratikum Fisiologi
Tumbuhan dengan materi Perkecambahan dan Dormansi antara lain :
1. Untuk mengetahui
respon perkecambahan beberapa jenis biji terhadap faktor lingkungan ( air, suhu,
cahaya, dst ).
2.
Untuk mengetahui laju
perkecambahan menurut ketebalan kulit biji
3.
Untuk mengetahui
batas – batas kebutuhan air dalam perkecambahan suatu biji
4.
Untuk mengetahui
gejala dan pematahan dormansi pada biji
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perkecambahan
Perkecambahan
biji merupakan proses metabolisme biji hingga dapat menghasilkan pertumbuhan
dari komponen kecambah, yaitu plumula dan radikula. Biasanya radikula keluar
dari kulit biji, lalu tumbuh ke bawah dan membentuk sistem akar. Plumula muncul
ke atas dan membentuk sistem tajuk).
Perkecambahan biji dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor dalam dan
faktor-faktor luar. Faktor-faktor dalam meliputi tingkat kemasakan biji, ukuran
biji, dormansiansi, dan penghambat perkecambahan. Sedangkan faktor-faktor luar
yang mempengaruhi perkecambahan biji meliputi air, temperatur, oksigen, dan
cahaya.
Secara fisiologis, Proses perkecambahan berlangsung dalam beberapa tahapan
penting yang meliputi : l) Absorbsi air atau penyerapan air, merupakan langkah
awal dalarn perkecambahan biji dan biji yang menyerap air atau mengalami
imbibisi akan membengkak. Pembengkakan biji menyebabkan kulit biji pecah
sehingga radikula tumbuh ke arah bawah dan membentuk akar; 2) Metabolisme
penguraian materi cadangan makanan, Proses ini merupakan pemecahan senyawa
bermolekul besar dan kompleks menjadi senyawa bermolekul lebih kecil, sederhana
larut dalam air dan dapat diangkut melalui membran dan dinding sel; 3) Transpor
materi hasil penguraian dari endosperm ke bagian embrio yang aktif Tumbuh,
Hasil penguraian diangkut dari jaringan penyimpanan makanan menuju titik-titik
tumbuh pada aulikula, radikula dan plumula. Biji belum mempunyai jaringan pengangkut
sehingga pengangkutan dilakukan secara difusi atau osmosis dari satu sel hidup
ke sel hidup lainnya; 4) Proses-proses pembentukan kembali (asimilasi),
merupakan tahap terakhir dalam penggunaan cadangan makanan dan juga merupakan
proses pembangunan kembali, misalnya protein yang sudah dirombak menjadi asam
amino disusun kembali menjadi protein baru dengan bantuan energi yang
dihasilkan dari respirasi; 5) Respirasi Respirasi merupakan proses perombakan
karbohidrat menjadi senyawa yang lebih sederhana dengan membebaskan sejumlah
energi. Aktivitas respirasi yang tertinggi teradi pada saat radikula menembus
kulit biji; 6) Pertumbuhan, terjadi setelah kulit biji memecah. Ada dua macam pertumbuhan
pada perkecambahan, yaitu pembesaran sel-sel yang sudah ada dan pembentukan
sel-sel yang baru pada titik-titik tumbuh. Pertumbuhan berakhir setelah terjadi
pemanjangan radikula dan plumula (adrianton. 2015)
2.2. Dormansi
Dormansi merupakan
strategi benih-benih tumbuhan tertentu agar dapat mengatasi lingkungan sub-optimum
guna mempertahankan kelanjutan spesiesnya. Terdapat berbagai penyebab dormansi
benih yang pada garis besarnya dapat digolongkan kedalam adanya hambatan dari
kulit benih (misalnya pada benih lamtoro karena kulit benih yang impermeabel
terhadap air) atau bagian dalam benihnya (misalnya pada benih melinjo karena
embrio yang belum dewasa). Benih yang mengalami dormansi organik ini tidak
dapat berkecambah dalam kondisi lingkungan perkecambahan yang optimum. Dormansi
dapat dipatahkan dengan perlakuan pendahuluan untuk mengaktifkan kembali benih
yang dorman. Ada berbagai cara perlakuan pendahuluan yang dapat
diklasifikasikan yaitu pengurangan ketebalan kulit atau skarifikasi, perendaman
dalam air, perlakuan dengan zat kimia, penyimpanan benih dalam kondisi lembab
dengan suhu dingin dan hangat atau disebut stratifikasi dan berbagai perlakuan
lain.
III.
BAHAN DAN
METODE
3.1. Waktu dan Tempat
Pratikum Fisiologi
Tumbuhan dengan materi Perkecambahan
dan Dormansi dilaksanakan pada hari senin, 20 maret 2017 pada pukul 15.00 – 16.40 WIB.
Bertempat di Laboratorium Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas pertanian,
Universitas Palangka Raya.
3.2.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah biji lamtaro, biji jagung, air, . Alat yang digunakan adalah gelas kimia, cawan petri,
kasa asbes, pinset, ember plastik, pipet, kantong plasti bening, hot plate karet gelang dan penjepit kertas.
3.3.
Cara Kerja
Cara kerja yang digunakan dalam
Praktikum Fisiologi Tumbuhan dengan materi Perkecambahan dan Dormansi adalah
sebagai berikut:
3.3.1. Perkecambahan
1. Menyiapkan
8 cawan petri sebagai tempat perkecambahan 2 macam kelompok biji (satu jenis
biji kulit tipis dan satunya kulit tembal).
2. Menyiapkan
2 set perlakuan untuk kedua jenis biji yang telah dipilih:
a. Perlakuan
1 : media tanpa air (hanya dengan kapas kering)
b. perlakuan
2 : media diberi air sedikit (kapas sekedar basah)
c. perlakuan
3 : media diberi air hingga tergenang air
3. Menyiapkan
masing-masing setiap cawan petri sebanyak 10 butir biji untuk kedua kelompok
biji dengan perlakuan:
a. 10
biji diberi perlakuan I, dengan 2 ulangan
b. 10
biji diberi perlakuan II, dengan 2 ulangan
c. 10
biji diberi perlakuan III, dengan 2 ulangan
4. Menempatkan
semua cawan petri pada tempat yang sama
5. mengamati
setiap gejala yang ditunjukan untuk tiap kelompok biji. Perkecambahan diakhiri
apabila salah satu kelompok percobaan sudah berkecambah diatas 90% atau
maksimal 7 hari.
6. menjaga
kondisi tiap unit perlakuan tetap setabil dengan mengontrol kondisi
perlakuannya.
7. Memberi label atau tanda untuk setiap unit perlakuan
untuk menghindari kekeliruan.
3.3.2. Pematahan
Dormansi
1. Menyiapkan
2 buah cawan petri untuk 2 perlakuan pematahan dormansi, yaitu dengan cara
scrafikasi (ampelas) dan perendaman bahan kimia (asam).
2. menyiapkan
biji lamtoro masing-masing 20 biji.
3. melakukan
pematahan dormansi dengan pengampelasan dan perendaman dengan bahan kimia
4. menempatkan
biji-biji yang telah diperlakukan pematahan dormansinya kemasing-masing cawan
petri yang telah diberi alas/media kapas basah.
5. menempatkan
cawan petri pada tempat yang sama.
6. mengamati
setiap gejala yang ditunjukan untuk tiap kelompok biji. Perkecambahan diakhiri
apabila salah satu kelompok percobaan sudah berkecambah diatas 90% atau
maksimal 7 hari.
7. menjaga
kondisi tiap unit perlakuan tetap setabil dengan mengontrol kondisi
perlakuannya.
Memberi label atau tanda untuk setiap unit
perlakuan untuk menghindari kekeliruan.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Pengamatan
4.2. Pembahasan
4.2.1. Perkecambahan
Berdasarkan tabel di atas dapat kita peroleh informasi
bahwa pada perlakuaan dengan air sedikit perkecambahan tidak dapat dilakukan
pada biji berkulit tipis maupun pada biji berkulit tebal, dan pada perlakuan
dengan dengan air yang cukup pada kulit tipis laju perkecambahan berlangsung
cepat, dengan terlihatnya 3 biji yang berkecambah pada hari ke-2 dan ke-3.
Sedangkan pada biji berkulit tebal perkecambahan dapat terjadi namun
berlangsung agak lambat, yang dapat terlihat dari hanya satu biji yang
berkecambah dan terjadi pada hari ke-6. Pada perlakuan dengan air yang berlebih
pada biji berkulit tipis perkecambahan berlangsung agak lambat dibandingkan
pada perlakuaan dengan air yang cukup yaitu hanya terdapat 5 biji ang
berkecambah pada hari ke-4, sedangkan pada biji berkulit tebal perkecambahan
berlangsung lebih cepat bila dibandingkan dengan perlakuan diberi air yang
cukup yaitu dengan berkecambahnya 2 biji pada hari ke-3. Jadi dapat kita
simpulkan bahwa pada biji berkulit tipis perlakuan terbaik terjadi pada
perlakuan dengan diberi air yang cukup, sedangkan pada biji berkulit tebal
perlakuan terbaik terjadi pada perlakuan dengan air yang berlebihan.
Pada biji berkulit tipis perlakuan yang terbaik adalah
perlakuan media yang diberi air secukupnya, karena pada media yang diberi air
yang sedikit kebutuhan air untuk berkecambah pada biji tidak terpenuhi sehingga
proses perkecambahan tidak dapat berlangsung. Sedangkan pada biji berkulit
tebal perlakuan yang terbaik adalah perlakuan media yang diberi air yang
berlebih, karena pada perlakuan air yang berlebih proses perkecambahan pada
biji berlangsung lebih cepat bila dibandingan dengan perlakuan jika diberi air
yang cukup.
3.3.2.
Pematahan Dormansi
Pada perlakuan dengan cara scarifikasi pada hari pertama
pengamatan tidak terdapat biji yang
berkecambah, pada hari kedua terdapat 1 biji yang berkecambah, pada hari ketiga
terdapat 7 biji yang berkecambah, pada hari keempat terdapat 9 biji yang
berkecambah, pada hari kelima, keenam, dan ketujuh terdapat 10 biji yang
berkecambah. Sedangkan pada biji yang direndam dengan bahan kimia pada hari
pertama dan kedua tidak ada biji yang berkecambah, pada hari ketiga terdapat 1
biji yang berkecambah, pada hari keempat, kelima sampai hari ketujuh hanya
terdapat 2 biji yang berkecambah. Jadi berdasarkan data diatas dapat kita
simpulkan bahwa perlakuan pematahan dormansi yang terbaik adalah pada perlakuan
scarifikasi.
perlakuan pematahan dormansi yang terbaik adalah pada
perlakuan scarifikasi jika dibandingkan dengan perlakuan direndam dengan bahan
kimia, hal ini disebabkan pada perlakuan scarifikasi kulit biji yang tebal
terkikis lebih banyak bila dibandingkan pada perlakuan dengan direndam dengan
bahan kimia sehingga pada perlakuan scarifikasi proses imbibisi berlangsung
lebih cepat.
V. PENUTUP
5.1.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan pada praktikum proses
perkecambahan sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, terutama dengan
ketersedian air pada lingkungannnya, kekurangan air pada media perkecambahan
dapat menghambat bahkan menghentikan proses perkecambahan pada biji.
Laju perkecambahan umumnya terjadi lebih cepat pada biji
berkulit tipis dibandingkan dengan biji berkulit tebal. Hal ini disebabkan pada
biji berkulit tebal umumnya mengalami gejala dormansi, yang salah satu faktor
penyebabnya adalah karena sulitnya air masuk kedalam biji diakibatkan oleh
kulit biji yang terlalu tebal.
Pada biji berkulit tipis perkecambahan berlangsung secara
optimal pada kebutuhan air yang cukup, tidak berlebih dan tidak juga kekurangan
air, sedangkan pada pada biji berkulit tebal perkecambahan berlangsung secara
optimal pada keadan lingkungan dengan keadaan air yang berlebih, karena proses
perkecambahan pada biji berkulit tebal berlangsung pada keaadan dimana biji
tenggelam.
Gejala dormansi pada biji umunya terjadi pada biji
berkulit tebal, hal ini disebkan sulitnya air masuk kedalam biji diakibatkan
oleh terlalu tebalnya kulit biji tersebut. Gejala dormansi pada biji berkulit
tebal ini dapat dipatahkan dengan cara scarifikasi yaitu dengan mengamplas
bagian kulit biji yang dekat dengan mikrofil biji agar bagian tersebut menjadi
tipis. Gejala dormansi pada biji berkulit tebal juga dapat dipatahkan dengan
cara merendamnya dengan bahan kimia seperti CH3COOH, agar kulit biji
menjadi lebih tipis dari keaadaan normalnya.
5.2.
Saran
Setelah mengikuti
kegiatan praktikum mengenai perkecambahan dan dormansi ini saya berharap
praktikan dapat mengetahui tentang proses perkecambahan pada tanaman, dan pengaruh volume air
terhadap laju perkecambahan, serta mengetahui tentang proses dormansi dan cara
mematahkannnya. Untuk praktikum selanjutnya saya berharap dalam pelaksanaannya
dapat dilaksanakan dengan lebih baik lagi.
Comments
Post a Comment