LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN TRANSPIRASI TUMBUHAN

LAPORAN PRAKTIKUM
FISIOLOGI TUMBUHAN

TRANSPIRASI TUMBUHAN





NAMA
NIM
KELOMPOK









JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2017



LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN
TRANSPIRASI TUMBUHAN










Telah diperiksa dan disetujui oleh Asisten Praktikan pada
                                      Hari          :……………….......
                                      Tanggal    :……………….......



















ASISTEM PRAKTIKUM



NAMA
NIM






I.         PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang

Transpirasi adalah hilangnya air dari tubuh tanaman dalam bentuk uap melalui stomata. Transpirasi pada hakikatnya sama dengan penguapan. Transpirasi dapat terjadi melalui kutikula, stomata, ataupun lentisel. Sebagian besar transpirasi terjadi pada stomata di dalam daun karena hilangnya molekul-molekul air dari tubuh tanaman sebagian besar melalui daun. Transpirasi mempunyai arti penting bagi tanaman. Transpirasi pada dasarnya suatu penguapan air yang membawa garam-garam mineral dari dalam tanah. Transpirasi juga bermanfaat di dalam hubungan penggunaan sinar matahari, kenaikan temperature yang diterima tanaman digunakan untuk penguapan air. Transpirasi dibedakan menjadi tiga macam berdasarkan tempatnya,yaitu transpirasi kutikula, transpirasi lentikuler, transpirasi stomata. Hampir 97% air dari tanaman hilang melalui transpirasi stomata. Proses transpirasi pada dasarnya sama dengan proses fisika yang terlibat dalam penguapan air dari permukaan bebas. Dinding mesofil basah yang dibatasi dengan ruang antar sel daun merupakan permukaan penguapan. Konsentrasi uap air dalam ruang antar sel biasanya lebih besar dari pada udara luar. Manakala stomata terbuka, lebih banyak molekul air yang akan keluar dari daun melalui stomata dibandingkan dengan jumlah yang masuk per satuan waktu, dengan jumlah yang masuk per satuan waktu, dengan demikian tumbuhan tersebut akan kehiang air.
Dengan mempelajari transpirasi kita mengetahui tentang bagaimana proses tranpirasi yang terjadi pada tumbuhan, apa manfaat dan fungsi tranpirasi, serta apa saja kerugian yang terjadi disebabkan oleh proses transpirasi pada tumbuhan.
1.2. Tujuan Pratikum
       Tujuan pratikum Fisiologi Tumbuhan dengan materi transpirasi tumbuhan adalah untuk mempelajari tranpirasi dari lembaran daun dan menghitung kecepatan transpirasi pada permukaan daun dosiventral.


II.     TINJAUAN PUSTAKA


2.1.  Proses dan Fungsi Transpirasi Pada Tumbuhan
Proses transpirasi pada dasarnya sama dengan proses fisika yang terlibat dalam penguapan air dari permukaan bebas. Dinding mesofil basah yang dibatasi dengan ruang antar sel daun merupakan permukaan penguapan. Konsentrasi uap air dalam ruang antar sel biasanya lebih besar daripada udara luar. Manakala stomata terbuka, lebih banyak molekul air yang akan keluar dari daun melalui stomata dibandingkan dngan jumlah yang masuk per satuan waktu, dengan demikian tumbuhan tersebut akan kehilangan air. Sebagian besar dari air, sekitar 99 persen, yang masuk kedalam tumbuhan meninggalkan daun dan batang sebagai uap air. Proses tersebut dinamakan transpirasi. Ada banyak sekali fungsi transpirasi pada tumbuhan, antara lain Kegunaan Transpirasi pada tumbuhan antara lain untuk Penyerapan dan pengangkutan air, hara, Pengangkutan asimilat Membuang kelebihan air, Pengaturan bukaan stomata, Mempertahankan suhu daun, Pengangkutan mineral, Pertukaran energi dan Pengangkutan air ke daun dan difusi air antar sel.

2.2.  Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Transpirasi
     Transpirasi pada tumbuhan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam  dan faktor luar yang mempengaruhi transpirasi tumbuhan antara lain, sebagai berikut : 1) Penutupan stomata, Jika stomata terbuka lebih lebar, lebih banyak pula kehilangan air tetapi peningkatan kehilangan air ini lebih sedikit untuk masing-masing satuan penambahan lebar stomata Faktor utama yang mempengaruhi pembukaan dan penutupan stomata dalam kondisi lapangan ialah tingkat cahaya dan kelembapan;  2) Jumlah dan ukuran stomata, Jumlah dan ukuran stomata, dipengaruhi oleh genotipe dan lingkungan mempunyai pengaruh yang lebih sedikit terhadap transpirasi total daripada pembukaan dan penutupan stomata; 3)  Jumlah daun, Makin luas daerah permukaan daun, makin besar transpirasi; 4) Penggulungan atau pelipatan daun, Banyak tanaman mempunyai mekanisme dalam daun yang menguntungkan pengurangan transpirasi apabila persediaan air terbatas; 5) Kedalaman dan proliferasi akar, Perakaran yang lebih dalam meningkatkan ketersediaan air, dari proliferasi akar (akar per satuan volume tanah ) meningkatkan pengambilan air dari suatu satuan volume tanah sebelum terjadi pelayuan permanen; 6)  Sinar matahari, sinar matahari menyebabkan membukanya stoma dan gelap menyebabkan tertutupnya stoma, jadi banyak sinar berarti juga mempergiat transpirasi. Karena sinar itu juga mengandung panas (terutama sinar infra-merah), maka banyak sinar berarti juga menambah panas, dengan demikian menaikkan tempratur. Kenaikan tempratur sampai pada suatu batas yang tertentu menyebabkan melebarnya stoma dan dengan demikian memperbesar transpirasi ; 7) Temperatur, Kenaikan temperatur menambah tekanan uap di dalam daun. Kenaikan tempratur itu sudah barang tentu juga menambah tekanan uap di luar daun, akan tetapi berhubung udara di luar daun itu tidak di dalam ruang yang terbatas, maka tekanan uap tiada akan setinggi tekanan uap yang terkurung didalam daun. Akibat dari pada perbedaan tekanan ini, maka uap air akan mudah berdifusi dari dalam daun ke udara bebas; 8) Kelembaban udara, transpirasi akan menurun dengan meningkatnya kelembaban udara; 9) Angin, Pada umumnya angin yang sedang, menambah kegiatan transpirasi.

2.3.  Tipe Daun Pada Tumbuhan
Berdasarkan letak atau posisi daun dari permukaan tanah daun dibedakan menjadi dua yaitu : 1) Dorsiventral, Daun   dikatakan   mempunyai   tipe   dorsiventral   apabila   jaringan   tiang (palisade)  hanya  terdapat   pada  sisi  atas   dari daun.  Daun   dorsiventral biasanya   tumbuh   horizontal,   permukaan   atas   tampak   lebih   cerah dibandingkan permukaan bawah karena terdapat perbedaan struktur antara daun bagian atas dan daun bagian bawah. Tipe daun ini hampir dimiliki oleh semua tumbuhan anggota dikotiledoneae; 2) Daun isobilateral, Daun   dikatakan   mempunyai   tipe   isobilateral   apabila   jaringan   tiang terdapat pada sisi atas dan sisi bawah. Daun isobilateral biasanya tumbuh vertikal sehingga kedua permukaan daun menerima sinar matahari dengan intensitas yang sama. Daun isobilateral mempunyai struktur yang sama antara   permukaan   atas   dan   permukaan   bawah.   Tipe   daun   ini   dapat dijumpai pada beberapa jenis tumbuhan dikotiledoneae dan hamper semua tumbuhan monokotiledoneae (Fitra. 2013).


2.4.  Metode Pengukuran Transpirasi

Dalam pengukuran laju transpirasi ada beberapa metode yang biasannya digunakan, diantaranya adalah sebagai berikut : 1) Menggunakan kertas korbal klorida, Kertas ini berwarna biru cerah dan tetapi menjadi biru pucat dan kemudian berubah menjadi merah jambu bila menyerap air. Sehelai kecil kertas biru cerah ditempelkan pada permukaan daun dan ditutup dengan gelas preparat. Demikian juga bagian bawah daun. Waktu yang diperlukan untuk mengubah warna biru kertas menjadi merah jambu dijadikan ukuran laju kehilangan air dari bagian daun yang ditutup kertas; 2) PotometerAlat ini mengukur pengambilan air oleh sebuah potongan pucuk, dengan asumsi bahwa bila air tersedia dengan bebas untuk tumbuhan, jumlah air yang diambil sama dengan jumlah air yang dikeluarkan oleh transpirasi; 3) Pengumpulan uap air yang ditranspirasi, Cara ini mengharuskan tumbuhan atau bagian tumbuhan dikurung dalam sebuah bejana tembus cahaya sehingga uap air yang ditranspirasikan dapat dipisahkan; 4) Penimbangan langsung Pengukuran transpirasi yang paling memuaskan diperoleh dari tumbuhan yang tumbuh dalam pot yang telah diatur sedemikan rupa sehingga evaporasi dari pot dan permukaan tanah dapat dicegah. Kehilangan air dari tumbuhan ini dapat; 5)  Metode pertukaran gas atau metode kurvet, Dalam metode ini, transpirasi dihitung dengan cara mengukur uap air di atmosfer yang tertutup yang mengelilingi daun. Sehelai daun di kurung dengan sebuah kuvet bening misalnya, dan kelembabapan suhu, dan volume gas yang masuk dan keluar kuvet di ukur.



III.         BAHAN DAN METODE

3.1.   Waktu dan Tempat
     Pratikum Fisiologi Tumbuhan dengan materi transpirasi tumbuhan dilaksanakan pada hari selasa, 2 Mei 2017 pada pukul 13.00 – 14.40 WIB. Bertempat di Laboratorium Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas pertanian, Universitas Palangka Raya.

3.2.   Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah daun akasia (Acasia sp), daun sirih (Piper aduncum), ketepeng cina (Cassia alata L.) kertas kobalt dan vaselin. Alat yang digunakan adalah neraca analitik, jepitan kertas, gunting, pensil, dan beaker glass.
3.3. Cara Kerja
Cara kerja yang digunakan dalam Praktikum Fisiologi Tumbuhan dengan materi transpirasi tumbuhan adalah sebagai berikut: 
1.      Menghitung luas daun berhubungan dengan evaporasi
A.    Menghitung luas daun
a.       Menyiapkan lembaran daun Acasia Sp dan Piper aduncun, lalu menempelkannya pada selembar kertas yang telah diketahui berat dan luasnya.
b.      Membuat jiplakan daun di atas kertas tersebut, kemudian menggunting menggunting kertas hasil jiplakan dan menimbang.
c.       Menghitung luas daun dengan rumus luas daun yang telah disediakan.
B.     Mengukur kecepatan evaporasi
a.       Mengambil lembaran daun yang telah diketahui luas permukaannya, kemudian menimbang berat awal daun.
b.      Menggantung daun dibawah matahari dalam waktu 60 enit, dan melakukan penimbangan setiap interval 20 menit.
c.       Menghitung kecepatan evaporasi dengan menggunakan rumus yang telah disediakan.


2.      Laju trasnpirasi pada daun dorsivental

a.       Mengambil dua lembar Caladium sp kemudian menimbangnya menggunakan neraca analitik.
b.      Merendam daun dalam air
c.       Mengoles vaselin pada bagian permukaan atas untuk daun yang pertama, dan mengoles vaselin pada bagian bawah untuk daun yang kedua.
d.      Menimbang kembali kedua daun tesebut
e.       Menjemur kedua daun tersebut dibawah sinar matahari selama satu jam.
f.       Menimbang kembali kedua daun tersebut.
g.      Membadingkan hasil transpirasi stomata dan kutikula.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.   Hasil Pengamatan
Tabel 1. Hasil Pengamatan Mengukur Kecepatan Transpirasi






4.2.   Pembahasan
4.2.1.      Laju Transpirasi Daun Akasia (Akasia sp) dan Daun Sirih (Pipet betle)
Berdasarkan tabel 1. Mengenai hasil pengamatan mengukur kecepatan transpirasi dapat kita ketahui bahwa percobaan mengunakan bahan daun Akasia (Akasia sp) dengan luas daun sebesar 115,83 cm3 dan daun Sirih (Pipet betle) dengan luas daun 100,719 cm3. Setelah dijemur selama 20 menit daun akasia dan daun sirih masing-masing mengalami penguapan sebesar 0,14 g dan 0,06 g. Laju transpirasi kedua daun tersebut masing-masing sebesar 0,000060 dan 0,000029. Pada menit ke 40 setelah di jemur daun akasia mengalami penguapan sebesar 0,04 g dan laju transpirasinya sebesar 0,000017 sedangkan pada daun sirih mengalami penguapan sebesar 0,09 g dan laju transpirasinya sebesar 0,000017. Dan pada menit ke 60 setelah penjemuran masing-masing daun mengalami penguapan sebesar 0,05 g pada daun akasia dan sebesar 0,09 g pada daun sirih. dengan data tersebut dapat kita hitung bahwa rata-rata air menguap pada daun akasia sebesar 0,076 g dan pada daun sirih sebesar 0,07. Sedangkan rata-rata laju transpirasi pada daun akasia sebesar 0,0000326 dan pada daun sirih sebesar 0,000012. Dari data tersebut dapat kita lihat bahwa transpirasi terjadi lebih cepat pada daun akasia, hal ini terjadi karena luas daun akasia lebih luas dari daun sirih yaitu sebesar 115,83 cm.

4.2.1.      Laju Transpirasi Daun Dorsipental Ketepeng Cina (Cassia alata)
Berdasarkan tabel 2. Mengenai hasil pengamatan laju transpirasi daun dorsipental Ketepeng Cina (Cassia alata) dapat kita ketahui bahwa pengamatan dilakukan mengunakan bahan daun ketepeng cina dengan dua pengamatan, yaitu pengamatan laju transpirasi pada adaxial atau kutikula dan laju transpirasi abaxial atau stomata. Pada pengamatan laju transpirasi pada adaxial berat awal daun sebesar 1,86 g setelah dijemur selama satu jam daun mengalami penguapan sebesar 0,30 dan mengalami penurunan berat menjadi 1,56 g. Sedangkan pada pengamatan laju transpirasi pada abaxial berat awal daun sebesar 1,61 g setelah dijemur selama satu jam daun mengalami penguapan sebesar 0,27 dan mengalami penurunan berat menjadi 1,34 g. Pada umumnya transpirasi terjadi lebih banyak pada stomata, hal ini karena Kutikula daun secara relatif tidak tembus air, dan pada sebagian besar jenis tumbuhan transpirasi kutikula hanya sebesar 10 persen atau kurang dari jumlah air yang hilang melalui daun-daun. Oleh karena itu, sebagian besar air yang hilang terjadi melaui stomata. Akan tetapi pada saat praktikum hasil pengamatan menunjukan bahwa pada daun yang melakukan transpirasi melalui kutikula melakukan transpirasi lebih besar dibandingkan pada daun yang melakukan transpirasi pada stomata. Hal ini terjadi karena pada saat praktikum daun yang digunakan memilki berat awal yang berbeda yaitu 1,86 g dan 1,61 g.



V.       PENUTUP
5.1.  Kesimpulan
Transpirasi adalah hilangnya air dari tubuh tanaman dalam bentuk uap melalui stomata. Transpirasi pada hakikatnya sama dengan penguapan. Transpirasi dapat terjadi melalui kutikula, stomata, ataupun lentisel. Sebagian besar transpirasi terjadi pada stomata di dalam daun karena hilangnya molekul-molekul air dari tubuh tanaman sebagian besar melalui daun. Transpirasi mempunyai arti penting bagi tanaman. Menghitung kecepatan transpirasi pada daun dorsiventral dapat dilakukan dengan cara menimbang berat awal daun dan berat akhir daun setelah dijemur selama 60 menit.

5.2.   Saran
Setelah mengikuti kegiatan praktikum mengenai transpirasi Tumbuhan ini saya berharap praktikan mengetahui proses transpirasi pada daun dosiventral. Untuk praktikum selanjutnya saya berharap dalam pelaksanaannya dapat dilaksanakan dengan lebih baik lagi.




Comments

Popular posts from this blog

contoh laporan praktikum biologi umum pengamatan sel

Laporan Praktikum Biologi Umum Pengenalan Mikroskop

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR PEMBUATAN LARUTAN SEDERHANA