LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR TITRASI ASAM DAN BASA
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA DASAR
TITRASI ASAM DAN BASA
NAMA
NIM
KELOMPOK
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2017
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR
TITRASI ASAM DAN BASA
Telah diperiksa dan disetujui oleh Asisten Praktikan pada
Hari :……………….......
Tanggal :……………….......
ASISTEM PRAKTIKUM
NAMA
NIM
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Asam (yang sering diwakili dengan rumus umum (HA) secara umum merupakan senyawa kimia yang bila dilarutkan dalam air akan menghasilkan larutan dengan pH lebih kecil dari 7. Dalam definisi modern, asam adalah suatu zat yang dapat memberi proton (ion H+) kepada zat lain (yang disebut basa), atau dapat menerima pasangan elektron bebas dari suatu basa. Suatu asam bereaksi dengan suatu basa dalam reaksipenetralan untuk membentuk garam. Contoh asam adalah asam asetat (ditemukan dalam cuka) dan asam sulfat (digunakan dalam baterai atau aki mobil). Asam umumnya berasa masam, tapi cairan asam pekat sangat berbahaya dapat merusak kulit dan hati-hati mata, jika terpercik asam pekat bisa berakibat kebutaan. Jika kena asam pekat harus langsung dicuci dengan air mengalir sampai benar-benar bersih. Definisi umum dari basa adalah senyawa kimia yang menyerap ion hydronium ketika dilarutkan dalam air. Basa adalah lawan (dual) dari asam, yaitu ditujukan untuk unsur/senyawa kimia yang memiliki pH lebih dari 7. Kostik merupakan istilah yang digunakan untuk basa kuat. Basa dapat dibagi menjadi basa kuat dan basa lemah. Kekuatan basa sangat tergantung pada kemampuan basa tersebut melepaskan ion OH dalam larutan dan konsentrasi larutan basa tersebut. Asam kuat merupakan asam yang dianggap terionisasi sempurna dalam larutannya. Bila dalam air terlarut asam kuat, misalnya HCl 0,1 M maka akan dapat mengganggu kesetimbangan air. Contoh dari asam kuat adalah HCl ( asam klorida), dan HBr ( Asam Bromida). Sedangkan asam lemah merupakan asam yang hanya sebagian kecil yang dapat terionisasi. Oleh karena hanya sedikit terionisasi berarti dalam larutan asam lemah terjadi kesetimbangan reaksi antara ion yang dihasilkan asam tersebut dengan molekul asam yang terlarut dalam air. Contoh dari asam lemah adalah CH3COOH dan HCN. Basa kuat adalah jenis senyawa sederhana yang dapat mendeprotonasi asam sangat lemah di dalam reaksi asam-basa. Contoh paling umum dari basa kuat adalah hidroksida dari logam alkali dan logam alkali tanah seperti NaOH dan Ca(OH)2. Sedangkan Basa lemah adalah larutan basa tidak berubah seluruhnya menjadi ion hidroksida dalam larutan. Amonia adalah salah satu contoh basa lemah.
Reaktan adalah zat yang hadir sebelum
perubahan kimia terjadi. Reaktan adalah segala zat yang hadir pada titik awal.
Dengan konvensi, simbol kimia untuk reaktan ditulis di sisi kiri persamaan
reaksi kimia. Sedangkan Produk adalah zat yang terbentuk selama perubahan
kimia. Produk adalah semua zat yang terdapat di akhir reaksi. Dengan konvensi,
simbol kimia untuk produk yang tertulis di sisi kanan dari persamaan reaksi
kimia. Berikut contoh persamaan reaksi Mg + 2 HCl
MgCl2 + H2. Dalam contoh persamaan reaksi tersebut Mg + 2
HCl merupakan contoh reaktan, sedangkan MgCl2 + H2 merupakan
contoh produk (Sukmariah. 1999).
1.2. Tujuan Pratikum
Tujuan pratikum Kimia Dasar dengan materi Pengenalan Peralatan dan
Bahan antara lain :
1.
Mengetahui cara titrasi.
2.
Melakukan titrasi asam dan basa untuk
menentukan konsentrasi suatu larutan.
II. TINJAUAN
PUSTAKA
2.1. Pengertian Titrasi dan Syarat-syarat
Titrasi
Titrasi adalah penambahan larutan baku
(larutan yang telah diketahui dengan tepat konsentrasinya) ke dalam larutan
lain dengan bantuan indikator sampai tercapai titik ekuivalen. Titrasi
dihentikan tepat pada saat indikator menunjukkan perubahan warna. Saat
perubahan warna indikator disebut titik akhir titrasi (sukmariah, 1999).
Senyawa yang dapat ditetapkan kadarnya dengan titrasi harus memenuhi syarat
titrasi, yaitu : 1) Reaksi kimia antar
analit dan titrant diketahui dengan pasti dan jelas produk-produk apa yang akan
dihasilkan nantinya. Mana reaktan dan produk apa yang akan dihasilkan harus
jelas dan pasti; 2) Reaksi harus berjalan dengan cepat; 3) Harus ada sesuatu
yang bisa menandakan atau mengindikasikan bahwa reaksi antara analit dengan
titrant sudah equivalent secara stoikiometri, baik itu dengan perubahan warna,
perubahan arus listrik, perubahan pH, dengan penambahan indicator atau apapun
yang bisa digunakan untuk mengamati perubahan tersebut; 4) Tidak ada hal lain
yang mengganggu reaksi antara analit dengan titrant; 5) Reaksi antara analit
dengan titrant harus memiliki kesetimbangan jauh kearah kanan (artinya
kesetimbangannya mengarah kearah pembentukan produk) hal ini untuk memastikan
secara kuantitatif reaksi bisa dihitung, dan memastikan titik akhir titrasi
bisa diamati ( Faidah. 2009).
2.2. Pengertian Titrasi Asam Basa dan
Indikator PP
Reaksi penetralan asam atau basa dapat dilakukan
dengan tepat melalui cara titrasi. Titrasi asam basa adalah penambahan larutan
standar atau larutan yang telah diketahui konsentrasinya. Larutan standar
ditambahkan ke dalam larutan asam atau basa sampai suasana netral. Keadaan
netral pada titrasi ditunjukkan oleh indikator yang digunakan yaitu indikator
yang berubah warna pada suasana netral yaitu pH 7. Misalnya indikator
Penolptalein. Sebenarnya indikator ini memiliki trayek pH 8,2–10 tetapi biasa
digunakan karena perubahan warnanya mudah diamati yaitu dari tidak berwarna
menjadi merah. Indikator PP atau
biasa disebut Indikator Penolptalein adalah pewarna yang berperan sebagai indikator pH. Penolptalein
adalah senyawa
kimia dengan rumus
molekul C20H14O4 dan sering ditulis
sebagai "HIn" atau "pp" dalam notasi singkat. Fenolftalein
sering digunakan sebagai indikator dalam titrasi asam–basa.
Untuk aplikasi ini, ia berubah warna dari tak berwarna dalam larutan asam
menjadi merah muda dalam larutan basa. Penolptalein sedikit larut dalam air dan
biasanya dilarutkan dalam alkohol untuk digunakan dalam berbagai percobaan. Senyawa ini bersifat asam lemah yang dapat membebaskan
ion H+ dalam larutan. Molekul Penolptalein tidak berwarna, dan ion
Penolptalein berwarna merah muda. Jika basa ditambahkan ke dalam fenolftalein,
kesetimbangan molekul ⇌ ion bergeser ke kanan, menyebabkan ionisasi lebih banyak karena
pembebasan ion H+. Hal ini diprediksi menurut prinsip
Le Chatelier (
Fictor. 2009).
2.3. Pengertian Titik Equivalen dan Titik
Akhir Titrasi
Titik ekuivalen adalah titik yang dicapai
pada saat mol larutan yang dititrasi (titrant) sama dengan mol larutan yang
digunakan untuk me-nitrasi (titer). Sedangkan titik akhir titrasi adalah suatu
keadaan dimana titik ekuivalen sudah tercapai, akan tetapi jumlah titer terus
ditambah sehingga kelebihan titer tersebut akan bereaksi dengan
indikator. Reaksi antara titer dan indikator menyebabkan perubahan warna
pada indikator (sebagai tanda tercapainya titik akhir titrasi) (Rohman. 2007).
III. BAHAN
DAN ALAT
3.1. Waktu dan Tempat
Pratikum Kimia Dasar dengan materi Titrasi Asam dan Basa
dilaksanakan pada hari selasa, 4 april 2017 pada pukul 15.00 – 16.40 WIB.
Bertempat di Laboratorium Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas pertanian,
Universitas Palangka Raya.
3.2. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah
NaOH, Phenolphtalein, Aquades, HCL, dan Kertas Saring. Alat yang digunakan adalah buret,
corong, botol semprot, Pipet Gondok, gelas kimia, labu ukur dan gelas erlenmeyer.
3.3. Cara Kerja
Cara kerja
praktikum Kimia Dasar dengan materi Titrasi Asam dan Basa adalah sebagai
berikut :
3.3.1. Pembuatan
Larutan NaOH 0,1 N
Pembuatan
larutan NaOH 0,1 dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Menimbang secara teliti 0,4 gram butiran
NaOH menggunakan kaca arloji dan neraca analitik
2. Memindahkan NaOH dari gelas arloji kedalam
gelas beker yang telah berisi 20-25 ml akuades hangat
3.
Mengaduk dengan pengaduk kaca hingga
seluruh NaOH larut sempurna
4.
Memindahkan larutan dari gelas beker
kedalam labu ukur 1000 ml
5. Menambahkan akuades hingga tanda batas
pada labu ukur. Ditutup, kemudian dikocok hingga homogen
3.3.2.
Titras
Cara melakukan titrasi adalah sebagai
berikut :
1.
Membersihkan buret dan membilasnya dengan
NaOH yang akan dipakai sebanyak 3 kali ( 5 ml ), kemudian masukan larutan NaOH
ke dalam buret menggunakan corong sampai volumennya melebihi skala nol buret,
kemudian turunkan volume larutan NaOH pada buret sampai tepat skala nol.
1.
Pipet 10 ml larutan asam yang akan ditentukan
konsentrasinnya dengan mengunakan pipet gondok dan memasukan kedalam labu
erlenmeyer dengan teknik yang benar.
2. Menambahkan aquades kedalam labu
erlenmeyer 5 ml untuk Membilas larutan yang menempel pada dinding labu
erlenmeyer, tambahkan 3 tetes indikator Phenolphtalein
3. Melakukan titrasi dengan cara meneteskan
larutan NaOH dari buret secara perlahan-lahan tetes demi tetes sampai larutan
akan berubah warna.
4.
Mencatat keadaan akhir buret yang
menunjukan volume larutan NaOH yang dipakai yakni selisih Volume semula dengan
volume akhir.
5.
Melakukan percobaan sebanyak 2 kali
(melakukan duplo)
6. Menghitung Konsentrasi larutan yang telah
dititrasi ( molaritas dan normalaitas, pengeceran).
IV. HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan
Tabel 1. Hasil Pengamatan Larutan NaOH 0,1 M
No.
|
Nama Bahan
|
Jumlah yang digunakan
|
1.
|
NaOH
|
4 gram
|
2.
|
H2O
|
1000 ml
|
Tabel 2. Hasil Pengamatan Larutan Titrasi
Asam dan Basa
No.
|
Larutan Mula-mula
|
Larutan yang ditambahkan
|
Hasil akhir
|
||
Nama
|
Jumlah
|
Nama
|
Jumlah
|
||
1
|
HCL
|
3 ml
|
NaOH 0,1 N indikator PP
|
1,9 ml 3 tetes
|
Terjadi perubahan warna unggu
|
2
|
HCL
|
6 ml
|
NaOH 0,1 N indikator PP
|
3,8 ml 3 tetes
|
Terjadi perubahan warna unggu
|
3
|
HCL
|
9 ml
|
NaOH 0,1 N indikator PP
|
6 ml 3 tetes
|
Terjadi perubahan warna unggu
|
4
|
HCL
|
12 ml
|
NaOH 0,1 N indikator PP
|
7,1 ml 3 tetes
|
Terjadi perubahan warna unggu
|
Rata-rata
|
7,5 ml
|
|
4,7 ml
|
|
4.1.Pembahasan
Berdasarkan tabel hasil
pengamatan larutan NaOh 0,1 N dapat kita kita peroleh informasi bahwa pada NaOH
jumlah yang digunakan yaitu 0,4 gram sedangkan pada H2O digunakan sebanyak
1000 ml. Data diatas diperoleh dengan rumus berikut:
Berdasarkan tabel hasil
pengamatan larutan titrasi asam dan basa dapat kita peroleh informasi bahwa
pada percobaan pertama, larutan mula-mula HCL dengan volume 3 ml, terjadi
perubahan warna menjadi warna ungu dengan ditambahkan larutan NaOH 0,1 N dengan volume 1,9 ml (3 tetes).
percobaan kedua, larutan mula-mula HCL dengan volume 6 ml, terjadi perubahan
warna menjadi warna ungu dengan ditambahkan larutan NaOH 0,1 N dengan volume 3,8 ml (3 tetes). percobaan ketiga, larutan
mula-mula HCL dengan volume 9 ml, terjadi perubahan warna menjadi warna ungu
dengan ditambahkan larutan NaOH 0,1
N dengan volume 6 ml (3 tetes).
percobaan keempat, larutan mula-mula HCL dengan volume 12 ml, terjadi
perubahan warna menjadi warna ungu dengan ditambahkan larutan NaOH 0,1 N dengan volume 7,1 ml (3
tetes). Data diatas diperoleh dengan
rumus sebagai berikut :
V.
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Cara titrasi dilakukan dengan beberapa
langkah yaitu : 1) Larutan yang akan diteteskan dimasukkan ke dalam buret (pipa
panjang berskala). Larutan dalam buret disebut penitrasi; 2) Larutan yang akan
dititrasi dimasukkan ke dalam erlenmeyer dengan mengukur volumenya terlebih
dahulu memakai pipet gondok; 3) Memberikan beberapa tetes indikator pada
larutan yang dititrasi (dalam erlenmeyer) menggunakan pipet tetes. Indikator
yang dipakai adalah yang perubahan warnanya sekitar titik ekuivalen; 4) Proses
titrasi, yaitu larutan yang berada dalam buret diteteskan secara perlahan-lahan
melalui kran ke dalam erlenmeyer. Erlenmeyer digoyang-goyang sehingga larutan
penitrasi dapat larut dengan larutan yang berada dalam erlenmeyer. Penambahan
larutan penitrasi ke dalam erlenmeyer dihentikan ketika sudah terjadi perubahan
warna dalam erlenmeyer. Perubahan warna ini menandakan telah tercapainya titik
akhir titrasi ; 5) Mencatat volume yang dibutuhkan larutan penitrasi dengan
melihat volume yang berkurang pada buret setelah dilakukan proses titrasi.
Menentukan konsentrasi larutan dengan cara
titrasi asam dan basa dilakukan dengan cara mencampurkan larutan yang telah
diketahui konsentrasinya dengan larutan yang inging diketahui konsentrasinnya,
kemudian dihitung dengan menggunakan rumus M1.V1 = M2. V2.
4.2.
Saran
setelah mengikuti praktikum kimia dasar dengan
materi Titrasi Asam dan Basa saya berharap praktikan dapat mengetahui definisi
titrasi dan cara titrasi, serta dapat melakukan titrasi asam dan basa untuk
menentukan konsentrasi suatu larutan. Untuk praktikum selanjutnya saya berharap
dapat dilaksanakan dengan lebih baik lagi.
Comments
Post a Comment